Thursday, January 10, 2013

Guruku amnesia

Gue menatap kosong ke arah jendela kelas. Meja guru tidak berpenghuni. Kelas ini dibuang oleh sekolah ya?

"BUMI JAKARTA PANAS." Teriak gue di keramaian kelas yang sudah dalam keadaan antah-berantah. "Apaan sih dy?" Kata Nicholas di sebelah kiri gue. "Entah, gue mau tereak aja." "Ga jelas lu." "Jenis kelamin gue juga." balasku, mencoba menghentikan pembicaraan yang hanya menghabiskan waktu ini.

Harusnya 10 menit yang lalu pelajaran Bahasa Indonesia sudah dimulai. Pelajaran Bahasa Indonesia di kelasku diajar oleh Pak Rudi. Tapi... Pak Rudi mengalami... "Kejadian" buruk.


"Ini guru penggantinya mana sih?" Kataku ke Nicholas. "Ga tau, udah diemin aja! Biar bebas.". Najis lu mati aja buat apa gue bayar sekolah kalo cuma teriak-teriak kaya artis korea?

Di depan pintu terlihat bayangan seseorang yang tinggi, kelihatannya guru. Kelas yang tadi seperti mall yang diskon 90% sekarang sepi tak berpenghuni. Anehnya yang masuk bukan guru pengganti, tapi Pak Rudi. Seluruh murid hanya bisa tercengang.

Pak Rudi, guru bahasa Indonesia gue ini kecelakaan cukup parah, 6 bulan lalu setelah pulang teraweh, Pak Rudi tertabrak delman dan mengalami amnesia. Mengenaskan.

Pak Rudi tidak bersuara sama sekali. Wajahnya pucat seperti pocong. Dengan suara yang sangat pelan sekali bahkan lumba-lumba tidak dapat medengarnya. "Selamat pagi anak-anak." Kelas makin hening.

"Kepala saya masih lembek, saya lupa sama segala hal...."

Terus ia hanya diam, dan menyuruh anak-anak membuka buku. Dia duduk di kursi guru dengan mukanya yang masih ling-lung itu. Ia mencoba membaca perintah di halaman yang kita disuruh baca:

"Tulis kembali cerpen diatas koma dengan bahasa arab tanda seru"

Anjing, dia beneran amnesia. Nista sekali.

"Maksudnya dengan bahasa sendiri, maaf" 

Ini guru beneran lembek otaknya. Apa jangan-jangan saat kejadian kecelakaan sebagian otaknya lepas dari tempat asalnya? Kasihan.

Alhasih kita sekelas hanya bisa cengo dan melakukan tugas yang diberikan oleh Pak Rudi. Selama mengerjakan, pandangan Pak Rudi benar-benar hampa. Matanya hampir juling tiap waktu. Mungkin pikirannya masih kabur. Tapi kenapa sudah diberi izin mengajar? Sekolah sableng.

Kira-kira 30 menit, kita semua selesai mengerjakan tugas ini. Tidak begitu susah, hanya perlu membaca cerpen tersebut dengan cermat dan menulis ulang menggunakan bahasa sendiri. Gue, Nicholas dan Willsen mengumpulkan lebih cepat daripada yang lain. Hanya di tanda tangan saja teryata, kampret.

".... Lah kok ini beda?"kata Willsen. "Apaan beda?" sahut Nicholas. "Ini, paraf si Pak Rudi. Kok paraf di kertas lo beda sama paraf di kertas gue? gue punya belakangnya lancip, elu punya bengkok." "Eh iya ya...." Gak pakai mikir, gue langsung cek kertas tugas gue. LAH LAH GUE PUNYA MALAH MELINGKAR. Udah ah diem aja.

"Permisi saya mau ke toilet dulu." Ucap Pak Rudi. Mungkin ia mau mengencerkan otaknya itu agar memenuhi isi kepalanya. Bodo ah.

Saat kembali, keadaan Pak Rudi sudah tidak karuan. Kancing bajunya di bagian tengah tidak di kancing, resleting celananya terbuka, kaus kakinya melipat dan menutup sedikit bagian celana panjangnya. Hening panjang terjadi kembali. Sebenarnya mau ketawa panjang lebar, tapi menertawakan orang sakit sepertinya sedikit laknat, jadi gue tahan. Wajah murid di kelas juga sudah abstrak karena menahan ketawa.

".... Waktunya habis." Pak Rudi berkoar, Benar saja, hitungan detik setelah ia mengucapkan itu, bel langsung berbunyi. Bukan cuma amnesia, dia juga berubah jadi dukun. Sakti.

"Ih kampret nih celana gue robek." Kata Willsen. "Hah? beneran? HAHAHAHAHAHAHA." si Nicholas meledak. Mungkin karena terlalu lama menahan tawa. 

"KENAPA NICHOLAS? SAYA LUCU? KAMU ANGGAP ORANG SAKIT ITU LUCU?" Mati lu. Pak Rudi langsung menjewer menuju ruang BP.

The End

credit to Raihan dan gurunya. GWS ya pak~

ps: bila merasa tulisan saya menghina seseorang di sini, saya akan meminta maaf secara terang-terangan dan menghapus artikel ini (dengan alasan yang logis tentunya)

Regards
Aldy

No comments:

Post a Comment