Saturday, December 1, 2012

Hidup baru


....

Pada akhirnya, aku tetap dipindahkan ke sekolah lain. Tapi aku berusaha menggambil sisi positifnya. Tidak lagi berada di ruangan putih-putih dengan makanan yang tidak memiliki rasa sama sekali. Mungkin sekolah ini akan mengubah hidupku! 

Sekolah baruku bernama Horizon High School. Wih keren ya namanya. 

Dan sekarang, aku sudah di gerbang sekolah yang ku maksud. Gerbangnya sangat tinggi. Tidak seperti gerbang sekolah lainnya, Gerbang sekolah ini lebih.... artistik. Seperti pintu gerbang real estate. Seorang petugas - satpam kalau bahasa kita-kita membukakan gerbang tersebut agar ibu dan ayahku bisa masuk. Aku mengikuti mereka dari belakang.

Orang tuaku langsung menuju ke gedung, kelihatannya seperti asrama. Aku masih tercengang dengan pemandangan yang berada di depan mataku. Sekolahku dulu, saat masuk gerbang langsung terlihat lapangan basket yang terbuat dari semen. Sedangkan disini... pemandangan taman yang terawat dengan sangat rapi, terlihat juga rumput-rumput yang basah. Apa-apaan ini.

Penjaga (satpam) yang tadi membukakan gerbang itu menyuruhku untuk langsung masuk ke gedung yang berada tepat di depanku. Aku berani taruhan gedung ini pasti sekolahnya. Sekarang pukul 6:25 di pagi hari. Dan aku sudah menggunakan seragam sekolah yang cukup unik ; Celana hijau dan baju putih yang berdasi hitam. Bila aku tidak di dalam sini bisa-bisa aku dikira salesman.

Dengan hati-hati (entah kenapa harus hati-hati) aku masuk melewati pintu sekolah. Didepanku ada tangga yang tidak beranak tangga... gimana jelasinnya ya? Seperti perosotan gitu loh. Berguna untuk anak murid yang menggunakan kursi roda dan masalah kebutaan - jadi tidak tersandung.

Kaget bukan main, seseorang yang terlihat tua dan berkumis menepuk pundakku.

"Namamu...... Fer, Per, Pernaldy ya?"

"Fernaldy pak." Aku mencoba membenarkan.

"Ah, berarti saya benar." Gelo, nama saja salah ucap, masih ngaku benar lagi.

"Oh ya, nama saya Pak Sunaryo, saya wali kelasmu dan juga mengajar matematika."

"Oh, Ak-- Saya kira siapa..." Aku, eh maksudnya 'gue' harus mengubah cara bicaraku. Kurang enak didengar kalau pakai 'Aku'

Matematika? Waduh. Mukanya cukup mencerminkan guru killer pula. Nyawa gue sudah mau lari terbirit-birit kembali ke sekolah lamaku. Tapi niat itu ku urungkan karena jauh.

"Jadi, kita akan ke kelas mu. Apa kamu mau memperkenalkan dirimu di depan kelas?"

"Tentu. Memang sudah seharusnya. Kenapa ditanya?"

"Bukan... Terkadang ada murid yang tidak mau terlalu mencolok. Kadang malu, kadang marah karena tidak mau bersekolah disini. Ah! kita harus cepat-cepat ke kelas, ini sudah telat."

Gue mengikuti arah jalan Pak Sunaryo. Kelas gue berada di lantai paling atas. Belum apa-apa, jantung gue udah mau copot. Hupet. 

Pak Sunaryo masuk duluan, dia meminta maaf kepada karena keterlambatannya. Setelah berbicara macam-macam Pak Sunaryo menyuruhku memperkenalkan diriku. Gue memperkenalkan diri seperti biasa, Nama panjang, Umur, Hobi.

Seluruh ruangan kelihatan antusias, beberapa tidak peduli. Mata gue berputar meneliti seluruh ruangan. Beberapa dari mereka kelihatan normal, maksudnya, ini kan sekolah special. Ada juga beberapa yang tidak memiliki jari, di belakang juga ada yang kelihatan... belang. di sekitar matanya seperti ada luka bakar. Ada juga yang menggerakan jari-jarinya satu sama lain. Bahasa tubuh?

"Dy, kamu duduk disebelah Maiya ya, yang berambut ikal."

Oh namanya Maiya. Gayanya cukup lucu, atau unyu kalau bahasa jaman sekarang. Dia yang sedang menggunakan bahasa tubuh itu.

Mata gue langsung tertuju pada bangku kosong yang bersebelahan dengan 'Maiya' yang dimaksud bapak. Warna rambutnya cukup menarik perhatian, Pink. Apa di sekolah ini tidak ada peraturan tentang rambut. Baguslah. Gue langsung menuju ke bangku kosong tersebut.

"Hai! Namaku Maiya!" Dengan suara yang keras dan cukup membuat hening satu kelas.

"Eh, erm, iya, Pak Sunaryo sudah kasih tau tadi."

"Oh ya?"

Mati gue. Pak tolong selamatkan murid barumu ini.

"Ehem, hari ini kita akan melakukan tugas perkelompok. Aldy?"

"i-iya pak."

"Oh ya Aldy, kamu bisa 1 kelompok dengan Nana, dia ketua kelas."

Setelah dijelaskan ngalor-ngidul oleh Pak Sunaryo, para murid disuruh berkelompok 3 orang. Kalau tidak salah untuk membahas kerucut apa gitu. Maksud dari tugas kelompok ini jelas, Ia ingin gue bisa langsung mengenal teman-teman sekelas gue.... Maiya langsung nemplok ke meja gue.

"YAY! KITA SEKELOMPOK!" TUHAN KASIHANILAH HAMBAMU INI.

"Ha? Oh iya, Nana yang mana?"

"Oh, ini ada di sebelahku~!"

Nana menggunakan kaca mata, rambutnya pendek-rapi, layak seperti seorang ketua kelas. Dia lawan bicara Maiya yang tadi menggunakan bahasa tubuh. Jadi jelas siapa di sini yang harus menggunakan bahasa tubuh siapa.... Nana tuli.

"Kau mungkin sedikit bingung kenapa kita begini~"

"Gak kok, gue ngerti."

Gue mulai curiga sama Pak Sunaryo, maksud dia masukin gue ke kelompok yang memiliki orang yang tidak bisa mendengar dan berbicara apa? Bukannya akan hanya mempersulit pengenalan kelas? Ah kupret

TRATAKDUNGCES

Regards
Aldy

No comments:

Post a Comment