Friday, November 23, 2012

Salju siang hari

Angin berhembus ke arah utara dan membuat cabang-cabang yang sudah tidak berdaun bergerak mengikuti angin. Pada musim panas, tempat ini menjadi daerah cocok untuk para pasangan untuk berlibur. Pohon-pohon disini memberikan warna yang begitu cantik. 

Sayang, sekarang musim dingin.

Aku menghembuskan nafas hangat ke tanganku dan monggosoknya sesering mungkin agar aku tidak mati rasa.

"Sampai kapan aku harus disini? di surat tadi tertulis jam 2 siang."

Oh ya, surat. Yang terselip- atau diselipkan diantara agenda miliku saat aku tidak melihat, aku jadi penasaran bagaimana caranya ia bisa selipkan surat ini di bukuku. Apa jangan-jangan ia ninja yang menyamar? Kenapa ia tidak menyelipkan di lokerku saja? Entah.

Saat aku terdiam, Hujan salju terjadi. Salju berjatuhan beramai-ramai. Kenapa aku tidak lari? Karena ini salju, bukan rombongan pendemo.

"... Al-Aldy, kau datang?" 

Suara ragu-ragu, yang hampir tidak terdengar. Tapi aku mengenal suara halus ini secara langsung. Jantungku melompati 1 detaknya. Suara yang aku dengan jutaan kali, tapi yang sudah jarang ku dengar. Aku mengarahkan wajahku ke suara itu berasal. Dan jantungku mulai berlomba.

"Mia? Aku dapat surat yang menyuruhku datang dan menunggu di sini, ini darimu?

Brengsek, hampir 3 jam aku disini memikirkan kalimat pertama yang harus kuucapkan dan hanya itu yang keluar. Menyedihkan.
"Ahmmm.... iya. Aku minta tolong teman untuk menyelipkan itu di tasmu."

Senyum malu-malu yang membuatku tegang (bukan yang itu) membuatku tidak dapat mengerakan otot-ototku sama sekali. Masih beruntung aku bisa bernafas sekarang.

Jantungku makin bergelojak keras. Seperti mau keluar dari dadaku dan menangkap Mia.

"Jadi... ah... kita disini. Di saat hujan salju..."

Angin mulai memainkan musiknya. cabang-cabang pohon terlihat sering bergerak. Mia berbicara makin pelan bahkan lebih pelan dari suara angin. Matanya terkunci di mataku. Dia mulai memutar-mutar rambut panjang-hitamnya.

Dari keseluruhan, jantungku semakin ingin lari ke rumah. 

Leherku ketat, bukan karena baju yang kupakai, tapi karena tense yang aku rasakan. Bila aku paksakan suaraku untuk keluar, pasti yang terdengar adalah suara kera kawin.

"Begini..."

Tiap detak di dadaku sekarang terasa sakit. aku menahan sakitnya yang tidak seberapa.

".... aku ingin tau...."

Detak jantungku makin sering dan kencang.

"... Jika kau ingin berpacaran denganku...."

Aku berdiri disini, tak bernyawa.

Ku ingin mengeluarkan kata-kata tapi vocalku terasa tertahan di tenggorokan. seperti tercekik.

"... Aldy?"

Aku memijat leherku, tapi ini hanya menyebabkan tanganku seperti tersetrum listrik- seperti tertusuk pedang yang panjang.

"Hey... Kenapa?"

Seluruh tubuhku membeku. Aku seperti diteror sesuatu. Bukan Syahrini.

"ALDY!!!"

Detak jantungku berhenti tiba-tiba dan kakiku terasa tidak berotot.

Dunia di antaraku... Terasa kosong. Aku melihat Mia lari menuju tubuhku yang tergeletak di tanah. Dan semua gelap. 

Hal terakhir yang ku ingat hanya suara Mia yang berteriak meminta tolong...





Sudah 4 bulan setelah kejadian tersebut. 
Dan setelah selama itu, aku dapat menghitung berapa puluh kali aku keluar-masuk rumah sakit. Aku memikirkan nasibku yang buruk ini.

Arrhythmia.

Bahasa yang aneh, tidak bisa aku ucapkan. Seperti bahasa dari planet entah mana. Setelah kau tau ini apa, kau tidak akan mau satu ruangan dengan ku.

Penyakit langka. Bila jantungku berdetak secara tidak normal seluruh tubuhku akan kehilangan fungsinya. Bisa fatal. Rupanya aku sudah lama terkena penyakit-yang-diberi-nama-alien ini. Mereka bilang suatu keajaiban aku bisa hidup sekarang.

Apa benar ini keajaiban, apa kutukan?
Ini tidak membuatku senang.

Karena penemuan penyakit ini yang sedikit.... terlambat, aku harus berada di rumah sakit. Dan mungkin untuk seumur hidupku. 

Untuk seminggu, ruanganku penuh dengan bunga dan surat dari teman bahkan sampai menutupi seluruh ruangan. Tapi Untuk minggu ke 2, ke 3 dan 4...

Hilang begitu saja.

Aku sadar ruanganku penuh dengan bunga  surat dan balon hanya karena memberikan simpati kepadaku hanyalah sebuah tugas sekolah. 

Mia adalah orang terakhir yang berhenti menjengukku.

Setelah 6 minggu, ia tak pernah datang lagi. Mungkin dia tak ingin 'berpacaran' dengan orang yang tergeletak di ranjang rumah sakit...

Aku mulai hobi baru, membaca. Adiksi sehat, kata dokter. Aku sekarang merasa telanjang bila tidak memegang sebuah buku di tanganku.

Semua terjadi begitu cepat. Bahkan aku tidak sempat menangis.

.................................

OKE STOP KENAPA GUE BISA NULIS GINIAN

Regards
Aldy

No comments:

Post a Comment